LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
UJI KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KARBOHIDRAT JAGUNG BERKECAMBAH
Diajukan
guna memenuhi persyaratan acara praktikum Kimia Dasar pada laboratorium Biosain
Politeknik Negeri Jember
Oleh
:
Kelompok
01
Nur
Laila Sari (A41170943)
Muhammad Lutfi (A41171133)
Firdayatul
Aulia (A41171394)
Ervina Qudsiah (A41171065)
Risqi putra wardani (A41171307)
M. Fariz Avin F. (A41171394)
M.
Idris Kurniawan
PROGRAM
STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat
merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan dan tumbuhan di
samping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan
makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Karbohidrat yang dihasilkan oleh
tumbuhan merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji
sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan di bentuk dari
beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Karbohidrat merupakan senyawa yang banyak dijumpai di alam
terutama karena merupakan hasil sintesis CO2 dan H2O dengan pertolongan sinar
matahari dan klorofil. Senyawa monosakarida dan disakarida memilik rasa manis,
oleh karena itu, kedua jenis karbohidrat tersebut disebut gula. Sedangkan
polisakarida tidak berasa manis karena molekulnya sedemikian besar sehingga
tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tersebut yang terdapat pada permukaan lidah.
Analisis kualitatif karbohidrat merupakan senyawa metabolid primer selain
protein dan lipid. Karbohidrat mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
manusia, antara lain adalah sebagai sumber tenaga dan penghasil panas tubuh. Adanya
karbohidrat dapat diidentifikasi dengan menggunakan berbagai macam metode.
Metode Uji Kualitatif Karbohidrat yang dilakukan pada pratikum kali ini
diantaranya adalah Uji Molisch, Uji Benedict, uji Iod, dan uji Luff Scoorl. Oleh
karena itu, dalam praktikum ini dilakukan pengujian kealitatif dan kuantitatif
karbohidrat pada biji jagung yang merupakan tanaman pangan dengan kandungan
karbohidrat yang besar.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya pengujian
kuantitatif dan kualitatif karbohidrat pada biji jangung berkecambah adalah
sebagai berikut :
1.
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
melakukan pengujian kualitatif dan kuantitatif terhadap bahan yang mengandung
karbohidrat.
2.
Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan dan enambah wawasan
mengenai pengujian karbohidrat pada biji jagung.
3.
Untuk mengetahui sifat dari karbohidrat.
1.3 Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Praktikan mampu menerima materi mengenai
pengujian karbohidrat secara kualitatif dan kuantitatif pada biji jagung.
2. Praktikan
telah mampu melaksanakan pengujian tersebut secara individu.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Karbohidrat
Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar
senyawa organik yang tersusun hanya dari atom karbon, hidrogen dan oksigen.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana. Terdapat tiga golongan utama karbohidrat yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari
hanya satu unit polihidroksi aldehida atau keton. Oligosakarida terdiri dari
rantai pendek unit monosakarida yang
digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen. Polisakarida terdiri dari
rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida.
Karbohidrat
merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energy utama dan sumber serat
makan. Komponen ini disusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C), hydrogen (H),
dan oksigen (O). Jenis karbohidrat sangat beragam dan dibedakan satu dengan
yang lain berdasarkan susunan atom-atomnya, panjang/pendeknya rantai serta
jenis ikatan akan membedakan karbohidrat sederhana (seperti monosakarida dan
disakarida) dan karbohidrat dengan struktur yang kompleks atau polisakarida
(pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa).
3.2 Uji Molish
Uji
molish ini adalah uji umum untuk karbohidrat. Uji ini sangat efektif untuk
senyawa-senyawa yang dapat dihidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural
atau senyawa furfural tersubsitusi, seperti hidroksi metil furfural. Warna yang
terjadi disebabkan oleh kondensasi fulfural. Uji molish menggunakan pereaksi
molish untuk mengetahui terjadinya reaksi dehidrasi yang merupakan sifat
karbohidrat jika direaksikan dengan asam mineral kuat. Monosakarida dengan asam
sulfat pekat terdehidrasi menjadi furfural atau turunannya. Furfural atau
turunannya ini membentuk warna persenyawaan berwarna dengan a-naphthol atau
persenyawaan aromatic lain. Uji molish berdasarkan sifat ini yaitu pembentukan
kompleks violet atau ungu dengan a-naphthol.
Menurut
Almatsier (2009) karbohidrat terdiri dari unsur C, H, dan O. Karbohidrat dapat
dibedakan menjadi: monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida
merupakan karbohidrat yang paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis
menjadi karbohidrat lain. Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa,
karena terdiri atas 6-rantai atau cincin karbon. Adanya karbohidrat dalam
makanan dapat diidentifikasi secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji
Kualitatif karbohidrat yang mendasarkan pada pembentukan warna dapat dilakukan
yaitu salah satu caranya dengan uji Molisch.
Uji molisch berlaku umum, baik untuk aldose maupun ketosa.
Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan H2SO4. Asam sulfat akan menyerap air dan
membentuk furfural dengan α-naftol membentuk senyawa gabungan warna ungu
(Rahman, 2007).
Ciri-ciri produk
makanan mengandung karbohidrat secara umum (monosakarida, disakarida, dan
polisakarida), maka apabila karbohidrat setelah ditetesi H2SO4 berwarna ungu
yang membentuk cincin maka produk makanan tersebut positif mengandung karbohidrat (Winarno, 2004).
3.3 Uji Iod
Pada uji iod, kondensasi iodine dengan karbohidrat,
selain monosakarida dapat menghasikan warna yang khas. Karbohidrat golongan
polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodine dan memberikan warna
spesifik bergantung pada jenis karbohidratnya. Amylase dengan iodine akan
berwarna biru, amilopektin dengan iodine akan berwarna merah violet, glikogen
maupun dextrin dengan iodine akan memberikan warna coklat. Oleh karena itu iod
ini dapat membedakan ailum dan glikogen.
3.4 Uji Benedict
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui
kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltose. Karakteristiknya
tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan benedict, dengan prinsip
berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan
sebagai CuCO3 pada larutan natrium karbonat (reagen benedict), mmaka ditambah
asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehit atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak dapat
mereduksi larutan benedict.
3.5 Uji Luff Scoorl
Metode Luff Scoorl dalam praktikum penentuan kadar
karbohidrat, digunakan untuk menentukan kadar pati. Metode Luff Scoorl
mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Pada
penentuan gula cara Luff Schoorl, yang ditentukan bukan kuprooksida yang
mengendap tetapi menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direkasikan dalam
larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi dan setelah itu direaksikan
dengan sample gula reduksi.Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk
menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang.
Metode Luff Schoorl adalah uji kimia kualitatif yang
bertujuan menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagen Luff
Schoorl adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan enambahkan reagen luff pada
sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi ppositif pada uji Luff Schoorl ditandai
dengan adanya endapan merah. Pada reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi
Cu2O. Cu2O ini kemudian membentuk endapan merah bata. Salah satu manfaat
praktis uji luff adalah mengetahui adanya gula pereduksi atau aldosa (contohnya
sukrosa), yang memiliki gugus aldehid (Anonim, 2009).
BAB 3
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum pengujian karbohidrat pada
biji jagung secara kualitatif dan kuantitatif dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 9 Oktober 2017 dan 16 Oktober 2017 dimulai pukul 07.00-09.00 WIB
bertempat di laboratorium Biosains Polieknik Negeri Jember.
3.2 Alat dan bahan
UJI
MOLISH
|
||
Alat :
·
Tabung reaksi (7 buah)
·
Pipet ukur
·
Pipet tetes
·
Rak tabung reaksi
|
Bahan :
·
Glucose 1%
·
Maltose 1%
·
Fructose 1%
·
Xilose 1%
·
Lactose 1%
|
·
Amilum 1%
·
H2SO4 pekat
·
Reagen molish 2 tetes (5a-naphtol
dalam 95% Ethanol)
|
Uji
IOD
|
||
Alat :
·
Tabung reaksi (3 buah)
·
Pipet ukur
·
Pipet tets
·
Rak tabung reaksi
·
Waterbath
|
Bahan :
·
glucose 1%
·
sucrose 1%
·
Amilum 1%
·
Iodin 5%
|
|
Uji
BENEDICT
|
||
Alat :
·
Tabung reaksi (3 buah)
·
Pipet ukur
·
Pipet tetes
·
Rak tabung reaksi
·
Waterbath
|
Bahan :
·
Glucose 1%
·
Fructose 1%
·
Sucrose 1%
·
Reagen Benedict 2 ml
|
|
Uji
LUFF SCOORL
|
||
Alat :
·
Tabung reaksi (4 buah)
·
Pipet ukur
·
Pipet tetes
·
Rak tabung reaksi
·
Waterbath
|
Bahan :
·
Glucose 1%
·
Sucrose 1%
·
Amilum 1%
·
Fructose 1%
·
Reagen Luff Scoorl 2 ml
|
|
Uji
KUANTITATIF
|
||
Alat :
·
Tabung reaksi (9 buah)
·
Labu ukur 25 ml
·
Waterbath
·
Beaker glass
·
Pipet ukur
·
Rak tabung reaksi
·
Spektrofotometer
·
Kuvet
·
Voetex
·
Eppendof
|
Bahan :
·
Ekstraksi jagung berkecambah
·
Ethanol 96%
·
Aquadest
·
Glucose anhidrat
·
Reagen Nelson
·
Reagen Arsenmolybdat
|
3.3 Prosedure Kerja
1.
Uji
Molish
Berikut ini merupakan
langkah kerja pengujian karbohidrat dengan metode uji molish:
1. Menyiapkan
7 botol reaksi.
2. Memasukkan
sebanyak 1 ml masing-masing tabung reaksi dengan glucose 1% (tabung 1),
malthose 1% (tabung 2), Fructose 1% (tabung 3), Sucrose 1% (tabung 4), Xilose
1% (tabung 5), lactose 1% (tabung 6), dan pati 1% (tabung 7).
3. Menambahkan
masing-maisng tabung dengan 2 tets reagen molish.
4. Menambahkan
secara perlahan-lahan setetes demi setetes melalui dinding tabung larutan H2SO4
pekat sebanyak 15 tetes, hingga membentuk lapisan di bawah campuran.
5. Kemudian
melakukan pengamatan dan mencatat hasilnya.
2.
Uji
Iod
Berikut ini merupakan langkah kerja
pengujian karbohidrat dengan metode uji Iod :
1.
Menyiapkan 3 tabung reaksi.
2.
Mengisi masing-masing tabung reaksi
dengan 3 ml, glucose 1%, sucrose 1%, amilum 1%.
3.
Menambahkan 2 tetes larutan iodine 5%
pada ketiga tabung reaksi tersebut.
4.
Mengocok semua tabung hingga homogen
menggunakan vortex.
5.
Melakukan pengamatan dan mencacat hasil
pengamatan.
3.
Uji
Benedict
Berikut ini merupakan langkah kerja
pengujian karbohidrat dengan metode uji Benedict :
1.
Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
2.
Memasukkan sebanyak 1 ml masing-masing
tabung reaksi dengan Glucose 1% (tabung 1), Fructose 1% (tabung 2), dan sucrose
1% (tabung 3).
3.
Menambahkan 2 ml reagen benedict pada
masing-masing tabung.
4.
Menghomogenkan larutan dengan cara
divortex.
5.
Menginkubasi ketiga tabung pada
waterbath selama 10 menit.
6.
Melakukan pengamatan dan pencatat hasil
pengamatan.
4.
Uji
Luff Schoorl
Berikut ini merupakan
langkah kerja pengujian karbohidrat dengan metode uji molish:
1.
Menyiapkan 4 buah tabung reaksi.
2.
Mengisi masing-masing dari 4 tabung
reaksi dengan 2 ml larutan glucose 1%, 2 ml sucrose 1%, 2 ml fructose 1%, dan 2
ml larutan amilum/pati 1%.
3.
Menambhakan ke dalam masing-masing
tabung reaksi sebanyak 1 ml reagen luff scoorl.
4.
Menghomogenkan larutan menggunakan
vortex.
5.
Melakukan pengamatan dan pencacatan
hasil pengujian dengan metode luff scoorl.
5.
Preparasi
dan Uji Kuantitatif karbohidrat jagung
Berikut ini merupakan
urutan langkah kerja dalam preparasi (penyiapan) dan pengujian kualitatif
karbohidrat pada jagung berkecambah, yaitu :
a. Menyiapkan
alat dan bahan.
b. Menimbang
biji jagung berkecambah sebanyak 1 gr.
c. Meletakkan
biji jagung yang telah ditimbang ke dalam mortar.
d. Menambahkan
larutan Buffer Accetat sebanyak 7 ml (untuk melarutkan dan memudahkan
penghancuran biji jagung).
e. Biji
jagung dihancurkan sampai lembut, kemudian di pindahkan ke dalam tabung reaksi
plastic bertutup.
f. Kemudian
larutan di vortex hingga encapai homogeny dan di sentrifus dengan kecepatan
5000 rpm dengan waktu 10 menit.
g. Setlah
entrifus selesai, pellet dan supernatant dipisahkan, supernatant di ambil
menggunakan mikropipet dan dipindah ke eppendoft. Apabila larutan tidak
langsung digunakan, maka harus disimpan ke dalam lemari pendingin.
h. Dalam
proses pengujian larutan hasil ekstraksi akan di encerkan sebanyak 10 x dan 50
x. pertama tama yang harus disiapkan adalah tabung reaksi kaca.
i.
memasukkan larutan sampel atau eksrak ke
dalam tabung reaksi dengan ditambahkan reagen nelson sebanyak 1 ml. disamping
itu, praktikan juga harus membuat larutan standart yang akan digunakan sebagai
perbandingan dengan sampel (sesuai dengan tabeh dibawah).
j.
langkah selanjutnya adalah memvortex
larutan hingga homogeny.
k. Menginkubasi
arutan ke dalam waterbath dengan suhu 100 ͦC selama 5 menit.
l.
Mengeluarkan larutan dari waterbath dan
didinginkan di daam air biasa.
m. Menambahkan
assemolybdat sebanyak 1 ml dan 7 ml aquadest.
n. Memvortex
kembali larutan tersebut.
o. Larutan
dipindahkan ke dalam cuvvet untuk selanjutnya dilakukan pengujian ke dalam
spektofotometer untuk mengetahui nilai absorbansi nya. Dilakukan dengan
kecepatan panjang gelombang 540.
Berikut
ini merupakan tabel jumlah konsentrasi, jumlah aquadest, reagen nelson dan standart
(ppm) yang diperlukan dalam praktikum, serta hasi absorbansi setelah pengujian
menggunakan spektofotometer, yaitu:
Konsentrasi (ppm)
|
Standart 200 ppm (ml)
|
H2O
|
Reagen Nelson (ml)
|
Absorbansi
|
0
|
-
|
1000
|
1 ml
|
0.000
|
20
|
100
|
900
|
1 ml
|
0.014
|
40
|
200
|
800
|
1 ml
|
0.067
|
60
|
300
|
700
|
1 ml
|
0.080
|
80
|
400
|
600
|
1 ml
|
0.097
|
100
|
500
|
500
|
1 ml
|
0.129
|
150
|
750
|
250
|
1 ml
|
0.163
|
Sampel 10 x
|
100 ml sampel
|
900
|
1 ml
|
0.193
|
Sampel 50 x
|
20 ml sampel
|
980
|
1 ml
|
0.055
|
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Berikut
ini merupakan hasil pembahasan pengujian karbohidrat secara kualitatif :
Pengujian
|
Sampel
|
Hasil pengamatan
|
|||
kelompok
|
Kecepatan reaksi
|
Hasil
|
|||
Uji Molish
|
Glucose 1%
|
Monosakarida
|
Cepat
|
(+) terbentuk cincin ungu.
|
|
Maltose 1%
|
Disakarida
|
Sedang
|
(+) terbentuk cincin ungu.
|
||
Fructose 1%
|
Monosakarida
|
Cepat
|
(+) terbentuk cincin ungu.
|
||
Sucrose 1%
|
Disakarida
|
Sedang
|
(+) terbentuk cincin ungu.
|
||
Xilose 1%
|
Disakarida
|
Sedang
|
(+) terbentuk cincin ungu.
|
||
Lactose 1%
|
Disakarida
|
Sedang
|
(+) terbentuk cincin ungu.
|
||
Amilum 1%
|
Poliskarida
|
Lambat
|
(+) terbentuk cincin ungu.
|
||
|
|
|
|
||
Uji benedict
|
Glucose 1%
|
Monosakarida
|
|
(+) membentuk endapan wrnah merah bata
mengandung gugus aldehid dan keton
|
|
Fructose 1%
|
Monosakarida
|
|
(+) membentuk endapan warna merah bata
|
||
Sucrose 1%
|
Disakarida
|
|
(-) Tetap atau tdak terjadi perubahan
warna
|
||
|
|
|
|
||
Uji Iod
|
Glucose 1%
|
Monosakarida
|
|
(-) Tidak terjadi perubahan warna
menjdi biru pekat.
|
|
Sucrose 1%
|
Disakarida
|
|
(-) Tidak terjadi perubahan warna.
|
||
Amilum 1%
|
Polisakarida
|
|
(+) Warna biru pekat (mengandung
polisakarida)
|
||
|
|
|
|
||
Uji luff school
|
Glucose 1%
|
Monosakarida
|
|
(+) Larutan glukosa berubah warna
menjadi merah bata (bereaksi positif )karena mengandung gula reduksi gugus
aldehid.
|
|
Fructose 1%
|
Monosakarida
|
|
(+) Larutan fructose berubah warna
menjadi merah bata (bereaksi positif) karena mengandung gula reduksi aldehid.
|
||
Sucrose 1%
|
Disakarida
|
|
(-) Lrutan tidak berubah warna
(bereaksi negatif) karena tidak mengandung gula reduksi jenis gugus aldehid.
|
||
Amilum 1%
|
Polisakarida
|
|
(-) Larutan amilum tidak berubah warna
(bereaksi Negatif) karena tidak mengandung gugus reduksi jenis aldehid.
|
||
Dibawah
ini merupakan hasil pengamatan karbohidrat pada biji jagung berkecambah secara
kuantitatif, dengan konsentrasi stadart tertentu dan hasil absorbansi pengujian
melalui alat spetrofotometer, yaitu :
konsentrasi standart
|
absorbansi
|
0
|
0
|
20
|
0.014
|
40
|
0.067
|
60
|
0.08
|
80
|
0.097
|
100
|
0.129
|
150
|
0.163
|
konsentrasi standart
|
absorbansi
|
sampel 10 x
|
0.193
|
sampel 50 x
|
0.051
|
Berikut
ini adaag kurva standart yang dibuat dari sederetan larutan standart yang masih
dalam batas linievitas sehingga dapat diregresinierkan. Kurva standart
berhubungan dengan konsentrasi larutan dan absorbansi larutan. Kurva standart
dapat dirumuskan sebagai berikut
Y = mx + C
|
Dengan
m : kemiringan, dan C : konstanta.
sampel ke-
|
Absorbansi
|
ppm kurva
|
mg sampe
|
ml ekstrak
|
FP
|
%gula reduksi
|
B1 sampel 50 x
|
0.051
|
45
|
1000
|
7
|
50
|
1.575
|
Rumus
% gula reduksi = ppm kurva x
x
x
FP
4.2
Pembahasan
Ø Uji Molish
1) Uji Molish Pada Glukose
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, diperoleh data bahwa larutan uji ketika direaksikan dengan pereaksi
Molisch dapat membentuk cincin berwarna ungu. Dengan bahan yang diujikan yaitu
glukosa 1% menunjukkan hasil yang positif. Hal ini menujukkan bahwa adanya
suatu karbohidrat dalam suatu larutan tersebut. Larutan uji yang telah
dicampurkan dengan pereaksi Molisch, dimasukkan larutan H2SO4 pekat dengan
kondisi tabung reaksi miring. Hal ini dilakukan agar reaksi yang diperoleh
suatu pembentukkan cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan larutan
dalam tabung tersebut seperti yang telah ungkapkan oleh (Winarno,2004). Menurut
Rahman (2007) asam pekat tersebut berfungsi sebagai penghidrolisis ikatan pada
sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural tersebut kemudian yang
selanjutnya mengalami kondensasi 4-hidroksimetil-furfural dengan α-naftol
membentuk cincin berwarna ungu. Terbentuknya warna ungu ini disebabkan adanya
pengaruh hasil dehidrasi monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi
Molisch.
Hasil
pengujian molish menunjukkan adanya perubahan warna menjadi warna ungu,
dikarenakan senyawa uji merupakan karbohidrat dan uji molish digunakan untuk
uji karbohidrat secara umum.
2)
Uji
Molish Pada Fructose
Berdasarkan percobaan yang sudah
dilakukan, diperoleh data bahwa larutan uji ketika direaksikan dengan pereaksi
Molisch dapat membentuk kompleks cincin berwarna ungu. Dengan bahan yang
diujikan yaitu fruktosa 1% menunjukkan hasil yang positif. Hal ini menujukkan
bahwa adanya suatu karbohidrat dalam suatu larutan tersebut. Larutan uji yang
telah dicampurkan dengan pereaksi Molisch, dimasukkan larutan H2SO4 pekat
dengan kondisi tabung reaksi miring. Hal ini dilakukan agar reaksi yang
diperoleh suatu pembentukkan cincin berwarna ungu pada batas antara kedua
lapisan larutan dalam tabung tersebut seperti yang telah ungkapkan oleh
(Winarno,2004). Menurut Rahman (2007) asam pekat tersebut berfungsi sebagai
penghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural
tersebut kemudian yang selanjutnya mengalami kondensasi
4-hidroksimetil-furfural dengan α-naftol membentuk cincin berwarna ungu.
Terbentuknya warna ungu ini disebabkan adanya pengaruh hasil dehidrasi
monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi Molisch.
3)
Uji
molish terhadap Amilum
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan, diperoleh data
bahwa larutan uji ketika direaksikan dengan pereaksi Molisch dapat membentuk
kompleks cincin berwarna ungu. Dengan bahan yang diujikan yaitu amilum 1% menunjukkan
hasil yang positif. Hal ini menujukkan bahwa adanya suatu karbohidrat dalam
suatu larutan tersebut. Larutan uji yang telah dicampurkan dengan
pereaksi
Molisch, dimasukkan larutan H2SO4 pekat dengan kondisi tabung reaksi miring.
Hal ini dilakukan agar reaksi yang diperoleh suatu pembentukkan cincin berwarna
ungu pada batas antara kedua lapisan larutan dalam tabung tersebut seperti yang
telah ungkapkan oleh (Winarno,2004). Menurut Rahman (2007) asam pekat tersebut
berfungsi sebagai penghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan
furfural. Furfural tersebut kemudian yang selanjutnya mengalami kondensasi
4-hidroksimetil-furfural dengan α-naftol membentuk cincin berwarna ungu.
Terbentuknya warna ungu ini disebabkan adanya pengaruh hasil dehidrasi
monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi Molisch.
4)
Uji
molish terhadap Lactosa
Berdasarkan
percobaan yang sudah dilakukan, diperoleh data bahwa larutan uji ketika
direaksikan dengan pereaksi Molisch dapat membentuk kompleks cincin berwarna
ungu. Dengan bahan yang diujikan yaitu laktosa 1% menunjukkan hasil yang
positif. Hal ini menujukkan bahwa adanya suatu karbohidrat dalam suatu larutan
tersebut. Larutan uji yang telah dicampurkan dengan pereaksi Molisch,
dimasukkan larutan H2SO4 pekat dengan kondisi tabung reaksi miring. Hal ini
dilakukan agar reaksi yang diperoleh suatu pembentukkan cincin berwarna ungu
pada batas antara kedua lapisan larutan dalam tabung tersebut seperti yang
telah ungkapkan oleh (Winarno,2004). Menurut Rahman (2007) asam pekat tersebut
berfungsi sebagai penghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan
furfural. Furfural tersebut kemudian yang selanjutnya mengalami kondensasi
4-hidroksimetil-furfural dengan α-naftol membentuk cincin berwarna ungu.
Terbentuknya warna ungu ini disebabkan adanya pengaruh hasil dehidrasi
monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi Moslisch.
5)
Uji
Molish dengan Maltosa
Hasil uji molish dengan maltose
menunjukkan positif (+) yang ditandakan dengan adanya cincin berwarna ungu.
6)
Uji
Molish dengan Sukrosa
Hasil uji molish dengan
Sukrosa menunjukkan positif (+) yang ditandakan dengan adanya cincin berwarna
ungu.
7)
Uji
Molish dengan Xilosa
Hasil uji molish dengan
Xilosa menunjukkan positif (+) yang ditandakan dengan adanya cincin berwarna
ungu.
Ø Uji Benedict
Hasil pengujian benedict pada frctosa dan gukosa
menunjukkan positif (+) karena mereka termasuk golongan gula pereduksi,
sedangkan sukrosa merupakan golongan pereduksi. Benedic merupakan uji umum
karbohidrat (gula) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas),
seperti yang terdapat pada glukosa dan maltose. Uji benedict bedasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehit atau keton bebas
dalam suasana akalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau
tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata, kadag disertai dengan larutan yang berwarna
hijau, merah, atau orange.
Ø Uji IOD
Pada uji Iod merupakan uji umum adanya karbohidrat
atau tidak. Karbohidrat golongan poliskaraida memberikan reaksi pada larutan
Iodine dengan warna biru. Amilopektin + iodine menghasilkan warna merah violet,
glikogen atau dextrin + Iodin menghasilkan warna coklat. Uji iod dapat
membedakan amilum dan glikogen.
Ikatan antar Iod dan Amilum berupa ikatan semu
karena dapat putus saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat didinginkan.
Apabila dipanaskan rantai amilum akan memanjang sehingga Iod mudah terlepas,
sama hanya ketika didinginkan, rantai pada amilum akan mengerut sehingga Iod
kembali terikat dengan amilum. Ha ini karena kemampuan menghidrolisis sehingga
amilum berubah menjadi glukosa. Pengujian amilum dilakukan dalam suasana asam,
basa dan netral. Penambahan larutan iod pada air pada suasana basa tidak
terjadi perubahan warna karena iod tidak berikatan dengan amilum (Sehrlly,
2012).
Ø Uji Luff Schoorl
Metode
luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus aldehid.
Komponen utama reagen luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan
reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pada uji luff
ditandai dengan adanya endapan merah bata. Reaksi yang terjadi adalah :
Aldehida
+ Reagen Luff è
Asam Karboksilat + Endapan Merah Bata.
Pada
reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu2O. Cu2O ini kemudian membentuk
endapan merah bata. Salah satu manfaat praktis uji luff adalah mengetahui
adanya gula pereduksi atau aldosa contohnya sukrosa, yang memiliki gugus
aldehid. Dari hasil pengujian di atas
diketahhui bahwa uji luff dengan sucrose dan amilum menunjukkan hasil negative
karena keduanya tidak memiliki gugus aldehit dan keton.
Ø Uji Kuantitatif
Uji kuantitatif Karbohidrat pada jagung adalah untuk
mengetahui kadar gula pereduksi yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi, gula
pereduksi biasanya tergolong monosakarida seperti glukosa, fruktosa dll.
Sehingga dalam kadar gula pereduksi hanya jenis gula yang mereduksi saja yang
dihitung (Rohman & Soemantri, 2007).
Dalam pengujian tersebut, disertakan larutan standart
yang terdiri dari aquadest, reagen nelson, dan larutan standart 200 (ppm)
dengan konsentrasi yang berbeda dan diletakkan pada 7 buah tabung reaksi.
Larutan standart ini dugunakan sebagai pembanding dengan sampel ekstraksi dari
biji jagung dan sebagai bahan utama pembuatan kurva standart kurva standart
merupakan kurva yang dibuat dari sederetan larutan standart yang masih dalam
batas linievitas sehingga dapat diregresilinierkan. Kurva standart menunjukkan
hubungan antara konsentrasi lautan dengan absorbansi arutan. Biasanya digunakan
untuk menunjukkan besarnya konsentrasi larutan sampel dari hasil pengukuran
atau dapat dikatakan bahwa sampel larutan bisa diperoleh dengan mudah melalui
kurva standart. Pada kurva standart tersebut muncul persamaan y = 0.001x + 0.006, R² = 0.961 yang
digunakan untuk menentukan PPM Kurva dan penentuan % kadar gula pereduksi. Kurva
standart dikatakan baik apabila R2 mendekati angka 1 dan titik temu
antara absorbansi dengan konentrasi mendekati atau lurus dengan garis regregasi.
Dibawah
ini merupakan hasil % gula pereduksi antara jagung berkecambah dan jagung tidak
berkecambah :
Jagung berkecambah
|
% gula reduksi = 1, 575 %
|
Jagung tidak berkecambah
|
% gula reduksi = 0,754 %
|
Sehingga dapat ditarik kesimpuan
bahwa kandungan % gula pereduksi pada jagung yang berkecambah lebih besar dari
pada jagung yang tidak berkecambah. Menurut Rubbatzky dan Yamaguchi (1998)
kadar gula pada jagung biasa adalah sekita 2-3%, pada endosperm sweet corn
adalah 5-6%.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpuan
Berdasarkan pengujian
karbohidrat secara kualitatif dan kuantitatif pada biji jagung berkecambah
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengujian
karbohidrat pada suatu jenis zat (bahan pangan) dapat dilakukan secara kualitatif
yaitu dengan uji olish, uji Iod, uji Benedict dan uji Luff Schoorl, menggunakan
pencampuran antara beberapa zat/larutan kimia dan ditandai dengan adanya
perubahan warna.
2. Sedangkan
pengujian secara kuantitatif adalah menggunakan ekstraksi biji yang kemudia
ditambah dengan beberapa larutan kimia dan melewati beberapa proses hingga
akhirnya didapatkan hasil % gula pereduksi pada jagung berkecambah yaitu 1, 565 % dan pada jagung tidak
berkecambah adalah 0,754 %. Hal
tersebut membuktikan bahwa ketika biji berkecambah, kandungan karbohidrat yang
terkandung di dalamnya lebih banyak dari pada biji yang tidak berkecambah.
5.2 Saran
Saran dari praktikum
pengujian karbohidrat di atas adalah dalam proses praktikum pengujian baik
kuaitatif maupun kuantitatif diharapkan praktikan lebih berhati-hati, karena
jika terjadi kesalan dapat membawa dampak yang cukup berbahaya. Sehingga
prakikan harus benar-benar memperhatikan dengan baik arahan dan intruksi dari
teknisi.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi Novitasari288.
“biokimia Karbohidrat”. Diakses pada 8 oktober 2014
Lehninger, Albert ..
1982. “Dasar-dasar biokimia”. Erlangga:Jakarta
Anonym.2001. Luff
school (terhubung berkala) www.wikipedia.org/luff
Schoorl.diakses pada 7
April 2012.
Purnamasari Novita,
dkk. 2016. “Uji Kualitatif Karbohidrat dan Protein”. Universitas Pendidikan Indonesia
Komentar
Posting Komentar