LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
UJI KUALITATIF AKTIVITAS ENZIM
AMYLASE PADA KACANG HIJAU (Vigna radiata)
Diajukan
guna memenuhi persyaratan acara praktikum Kimia Dasar pada laboratorium Biosain
Politeknik Negeri Jember
Oleh
:
Kelompok
01
Nur
Laila Sari (A41170943)
Muhammad
Lutfi (A41171133)
Firdayatul
Aulia (A41171394)
Ervina
Qudsiah (A41171065)
Risqi
putra wardani (A41171307)
M.
Fariz Avin F. (A41171394)
M.
Idris Kurniawan (A41171325)
PROGRAM
STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim adalah suatu kelompok protein yang menjalankan dan mengatur
perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologi. Zat ini dihasilkan oleh
organ-organ hewan dan tanaman, yang secara katalitik menjalankan berbagai
reaksi seperti pemecahan hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerisasi, adisi,
transfer radikal dan pemutusan rantai karbon. Kebanyakan enzim yang terdapat di
dalam alat atau organ dari organisme berupa larutan koloidal dalam cairan tubuh
seperti air ludah, darah, cairan lambung, dan cairan pancreas. Enzim
terdapat di bagian dalam sel, berkaitan dengan protoplasma. Enzim juga terdapat
dalam mitokondria dan ribosom. Enzim atau biokatalisator adalah katalisator
organik yang dihasilkan oleh sel.
Salah satu proses penting yang terjadi
di dalam tubuh tumbuhan yaitu metabolisme. Proses tersebut berupa pemecahan
molekul menjadi molekulyang lebih kecil (katabolisme) dan penyusunan molekul
dari molekul-molekul yang lebih kecil (anabolisme). Dalam tubuh tumbuhan
terjadi banyakreaksi kimia yang kompleks dengan banyak tipe yang
berbeda, hal ini disebabkan karena adanya suatu protein
khusus yang mengontrol metabolisme yang disebut enzim (Widarmayanti, PRatih.
2012).
Enzim merupakan biokatalisator yang
sangat efektif yang akanmeningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara
nyata, dimana reaksi initanpa enzim akan berlangsung lambat (Lehninger, 1995).
Kebanyakan enzim-enzim yang terdapat di tubuh organisme tidak bekerja secara
sendiri-sendiritetapi saling bekerja sambung-menyambung satu dengan yang
lainmembentuk sistem enzim (Isnawati, 2009). Pemanfaatan enzim amilase
darikecambah biji di bidang industri masih belum banyak dilakukan. Bila hal
inidilakukan tentunya merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan nilai ekonomis
dari kacang kedelai tersebut (Bahri, Syaiful dkk. 2012)
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya
praktikum pengujian kerja enzim amylase pada kacang hijau adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui
pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim pada kacang hijau kering.
2. Mengetahui
pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
kata enzim berarti “dalam ragi”, bahkan
tanpa mengetahui struktur dan fungsinya, manusia telah menggunakan enzim sejak
zaman prasejarah dalam produksi anggur, cuka, dan keju. Enzim merupakan katalis
yang lebih efisien dari pada kebanyakan katalis laboratorium dan industry
(seperti pH dalam suatu reaksi hidrogenasi). Reaksi biologis dalam tubuh
manusia berlangsung pada 37ͦ◦C dan dalam medum berair.temperatur tinggi,
tekanan tinggi, atau reagensia yang reaktif (NaOH alat LiAH4), tidak
tersedia bagi suatu organisme. Enzim juga memungkinkan suatu selektivitas
pereaksi-pereaksi dan suatu pengendalian laju reaksi yang tidak dimungkinkan
oleh kelas katalis lain.
Semua enzim adaah protein, akan tetapi
tidak semua protein adalah enzim. Beberapa mempunyai struktur yang agak
sederhana. Namun sebagian besar enzim mempunyai struktur yang rumit. Banyak
enzim yang strukturnya belum diketahui. Untuk aktivitas biologis, beberapa
enzim memerlukan gugus-gugus prostetik, atau kofaktor. Kofaktor ini merupakan bagian non-protein dari enzim itu.
Suatu kofaktor dapat berupa ion logam sederhana, ion tembaga misalnya, meruakan
kofaktor bagi enzim asam askorbat
oksidae. Enzim lain mengandung olekul organic non-protein sebagai kofaktor.
Gugus prostektik organic seringkali dirujuk sebagai suatu koenzim.
Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroorganisme. Salah
satu enzim pemecah pati adalah enzim α-amilase (α-1,4-glukan-glukanodidrolase;
EC.3.2.1.1.), enzim ini sangat berperan dalam industri pembuatan roti dan
sirup. Enzim a-amilase
banyak terdapat pada kecambah kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji
dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberilik
adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan
suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut. (Suarni,
2007)
Enzim
bekerja secara khas pada substrat tertentu. Enzim bekerja sebagai katalis
dengan cara menurunkan energy aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat
(Poejadi, 2006).
2.2 Bagaimana Enzim Bekerja
Diduga enzim menyesuaikan diri disekitar
sibstrat (molekul yang akan dikerjakan) untuk membentuk suatu kompleks – enzim – substrat. Ikatan-ikatan
substrat dapat menjadi tegag oleh daya tarik antar substrat dan enzim. Ikatan
tegang memiliki energy tinggi dan lebih mudah terpatahkan, oleh karena itu,
reaksi yang diinginkan lebih mudah dan menghasilkan suatu kompleks – enzim – produk.
Dalam banyak hal, produk dan substart itu
tidak sama bentuknya, jadi kesesuaian antara produk dan enzim tidak lagi
sempurna. Bentuk yang diubah (dari) produk itu menyebabkan kompleks itu
berdisosiasi, dan permukaan enzim sisap untuk menerima molekul subsrat lain.
Teori aktivitas enzim ini disebut teori
kesesuaian – terimbas.
Enzim mempunyai bobot molekul mulai dari
12000 – 120000 dan lebih tinggi. Sebagian besar dari substrat (misalnya, suatu
asam amino atau suatu satuan glukosa) merupakan molekul yang lebih kecil. Lokasi
spesifik pada struktur enzim besar dimana reaksi terjadi, disebut lebih aktif.
2.3 Amylase
Amilase
adalah enzim yang mampu menghidrolisis amilum menjadi dekstrin, maltosa ataupun
glukosa. Karena amilum sendiri tersusun atas amilosa san amilopektin serta
dalam satu molekul amilosa terdapat beberapa jenis ikatan sedangkan enzim
bersifat spesifik maka terdapat beberapa jenis amilase antara lain α-amilase,
β-amilase dan glukoamilase. Masing-masing enzim bekerja pada tipe dan titik
ikatan glikosida yang berbeda dari suatu rantai amilosa ataupun amilopektin.
(deMan, 1989). Sumber amilase yang umum digunakan berasal dari mikroba, karena
dari tinjauan ekonomis lebih menguntungkan. Tetapi sumber lain dari amilase
yang cukup kaya adalah kecambah kacang-kacangan dan padi.
2.4 Kacang Hijau
Kacang hijau adalah sejenis palawija yang
dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan
berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga
terpenting sebagai tanaman pagan legume, setelah kedelai dan kacang tanah.
Bagian yang paling bernilai ekonomis adalah bijinya. Kecambah kacang hijau
menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dan
dikenal sebagai tauge. Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati
yang terkandung di dalamnya akan keluar dan mengental menjadi seperti bubur.
Pemilihan kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase karena dalam bentuk
kecambah mengandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm.
Senyawa tersebut merupakan antioksidan yang sangat penting terhadap kesehatan
terutama balita. Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya pada konsentrasi
rendah dapat melindungi bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Selain
itu, kacang hijau memiliki kelebihan dari segi ekonomis dan agronomis
dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya. (Suarni, 2007)
2.5 Isolasi dan Uji Kualitatif Enzim
Amilase dari Kecembah Kacang Hijau
Salah satu komponen
penyusun biji-biji tanaman yang besar adalah rotein, yang di dalamnya termasuk
golongan protein fungsional yang berfungsi sebagai enzim. Salah satu enzim yang
bekerja adalah enzim alfa amylase yang dipergunakan pada proses metabolism
pati. Enzim ini berfungsi memecah senyawa pati enjadi dekstrin dan maltose yang
diperlukan untuk pertumbuhan/perkecambahan biji.
Biji yang tidak dikecambahkan mengandung
afa amylase dengan aktivitas rendah, akan tetapi bila biji-biji tersebut
dikecambahkan maka akan diperoleh kecambah yang mengandung enzim dengan
aktivitas yang lebih besar. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis
pati oleh enzim amylase, diantaraya yaitu pH, Temperatur, waktu, dan konsentrasi
katalisator. Untuk mengetahui dan memahami kerja enzim ini, maka pada percobaan
kali ini akan digunakan estrak enzim kasar yang berasal dari kecambah kacang
hijau. Parameter yang diakai untuk mengetahui aktivitas hidrolisis enzim
amylase terhadap substrat pati disini adalah kehilangan kemampuan untuk
memberikan warna biru saat bereaksi dengan iodine.
BAB 3. METODOLOGI
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum pengujian aktivitas enzim
amylase dilaksanakn pada hari senih tanggal 13 November 2017 di Laboratorium
BIOSAINS Politeknik Negeri Jember.
3.2 ALAT DAN BAHAN
3.2.1 ALAT
Berikut ini merupakan alat yang
digunakan daam praktikum uji aktivitas enzim amylase pada kacang hijau, yaitu :
1. Mortar
2. Kuvet
3. Sentrifuge
4. Pemanas
suhu 100 derajat celcius
5. Beaker
glass
6. Mikro
pipet
7. Tabung
reaksi dan rak tabung reaksi
8. Pipet
volume
9. Water
bath
10. Falcon
tube
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum uji aktivitas enzim amylase adalah sebagai
berikut :
1.
Biji kacang hijau kering
2.
Pati 4 % dalam buffer asetat
3.
Larutan iodine 1 %
4.
Buffer asetat pH 5.5
5.
HCl 5 N
3.3 PROSEDUR KERJA
Berikut ini merupakan procedure
pengujian aktivitas enzyme amylase pada kacanh hijau.
1.
Menghaluskan biji kacang hijau kering menggunakan
mortal dan alu.
2.
Menambahkan 5 ml larutan buffer asetat
(pH 5.5), kemudian menghomogenkan.
3.
Setelah larutan homogeny, kemudan
memindahkannya dari mortar ke falcon tube dan kemudain di masukkan ke dalam
sentriful 5000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan supernatan dan pellet.
4.
Seteah 10 menit, falcon tube dikeluarkan
dari dalam sentrifus untuk kemudian memisahkan supernatant dari peet dan
memindahkannya ked ala tube kecil sebanyak 4 buah, dengan masing masing tube
berisikan 0,5 ml supernatan.
5.
Langkah selanjutnya adalah memperlakukan
keempat larutan pada tube, dan filtrate yang dapat dipakai sebagai sumber enzim
kasar, yang dikondisikan dalam beberapa perlakuan :
a.
Filtrate diinkubasikan pada suhu ruang
b.
Filtrate diinkubasikan pada suhu 50 0C
(menggunakan water bath) selama 10 menit
c.
Filtrate diinkubasikan pada suhu 1000C
(menggunakan penangas selama 10 menit
d.
Filtrate ditambahkan larutan HCL 5 N (2 tetes pipet drop)
6.
Siapkan 0,5 ml substrat (4% larutan pati
dalam buffer asetat) dan di camurkan pada masing-masing tabung reaksi untuk
menghidrolisis amilum polisakarida
menjadi gula yang lebih sederhana
7.
Kemudian tambahkan 0,5 ml filtrate enzim
kasar (yang telah dipersiapkan) dan 1 % iodine pada masing-masing tabung reaksi.
8.
Mengamati dan mencatat data perubahan
warna yang terjadi setelah penambahan sebenyak 1 tetes iodine selama 15 menit.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berikut
ini merupakan hasil pengamatan uji aktivitas enzim amylum pada kacang hijau oleh
kelompok satu dengan bahan utama kacang hijau kering.
A.
Tabel kecepatan Enzim amilase dalam menghidrolisis pati
Perlakuan dan waktu
inkubasi(menit)
|
Suhu normal
|
Suhu 50˚C
|
Suhu 100˚C
|
+HCL
|
||||||||
|
0
|
5
|
10
|
0
|
5
|
10
|
0
|
5
|
10
|
0
|
5
|
10
|
Biji
Kering
|
-+
|
++
|
-+
|
--
|
++
|
-+
|
++
|
++
|
++
|
++
|
++
|
++
|
Keterangan:
kolom
tabel di isi dengan notasi dari waktu yang di perlukan untuk terjadinya
perubahan warna:
Notasi:
-
- :Tidak
terjadi perubahan warna
-+ :Terjadi sedikit perubahan warna
++ :terjadi
perubahan warna
B. Pengaruh suhu dan PH cvfterhadap aktivitas amylase
Perlakuan dan waktu
inkubasi(waktu)
|
Suhu normal
|
Suhu 50˚C
|
Suhu 100˚C
|
+HCL
|
Biji
kering
|
-+ +
|
-++
|
- -+
|
---
|
Keterangan:
Aktivitas
hidrolitik enzim amilase terhadap substrat pati ditunjukan oleh kehilangan
kemampuan enzim tidak mampu untuk memberikan warna biru saat bereaksi dengan iodine
Notasi:
- - - : Warna biru
- - + :Warna biru kecoklatan
- + + :Warna kuning kecoklatan
+ + + :Warna kuning atau bening
4.2
Pembahasan
Enzim adalah
suatu kelompok protein yang menjalankan dan mengatur perubahan-perubahan kimia
dalam sistem biologi. Enzim merupakan senyawa yang sangat rentan dan peka. Pada
benih enzim dapat ditemukan pada proses perkecambahan, karena karbohidrat tidak
bisa digunakan, sehingga ketika benih ingin menggunakan enzim, ia harus dipecah
atau dilakukan perombakan terlebih dahulu. Enzim alfa amylase pada
perkecambahan berfungsi untuk menghidrolisis amylum polisakaida menjadi glukosa atau kelompok
gula yang lebih sederhana. Pada
praktikum ini dilakukan pengujian aktivitas enzim alfa amylase pada kacanh
hijau biji kering, direndam satu malam, dikecambahkan selama 24 jam dan
dikecambhakan selama 48 jam. Dimana dalam pengujian ini digunakan substrat
amilum (pati) sebagai parameter untuk menunjukkan aktivitas enzim dan kesediaan
enzim alfa amylase dalam merombak amilum, dengan uji iod. Uji iod digunakan
untuk menguji karbohidrat jenis poisakarida yang akan ditunjukkan dengan nilai
positif apabila iodine direaksikan dengan golongan polisakarida. Parameter
pengamatan adalah dengan adanya perubahan warna biru dengan waktu tertentu.
Apabila larutan kehilangan warna biru, maka menandakan bahwa terjadi proses reaksi
enzimatis atau menandakan masih adanya aktivitas hidrolisis enzim. Pengujian
terhadap suhu dan pH di indikasikan dengan tidak terbentuknya warna biru,
karena terjadi proses enzimatis karena substratnya telah di hidrolisis menjadi
gula yang lebih sederhana. Dari data yang telah didapatkan di
atas, dapat diketahui bahwa kerja/aktivitas enzim terbaik adalah pada kondisi
suhu ruang dan pada suhu 50ºC. untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan diuraikan
kembali hasil pengujian aktivitas enzim amylase pada kacang hijau hasil dari
kelompok satu dengan kondisi kacang hiaju kering.
1.
Suhu normal
Hasil dari pengamatan kelompok kami
dengan data di atas, Enzim yang kami amaiti dalam keadaan suhu normal dan pada menit pertama
setelah di tetesi dengan larutan Iodin menjadi sedikit berubah dari warna
awalnya, hal ini menunjukkan bahwa enzim pada suhu ruang yang telah di tambahkan
larutan iodin mengalami sedikit
perubahan karena masih terjadi proses
reaksi enzimatis meskipun sangat kecil, sehingga menunjukkan hanya terjadi
sedikit perubahan warna. Dan pada pengujian suhu normal dengan waktu 0 menit
atau penambahan larutan iodine yang pertama, didapatkan hasil bahwa telah
terjadi sedikit perubahan warna. Ada menit ke 5 atau penambahan iodine yang
kedua Nampak bahwa enzim yang ada di
tabung reaksi tersebut sudah tidak terlihat aktifitasnya lagi atau mengalami
denaturasi karena terlihat adanya perubahan warna dari awalnya kuning menjadi
biru. Pada menit ke 10 menit kembali ditetskan larutan iodin yang ke 3 kalinya,
ternyata pada kondisi ini, enzim kembali menunjukkan adanya aktivitas karena
warna larutan menjadi sedikit terang dari sebelumnya warna biru pekat. Dalam
melakukan praktikum isolasi enzim seyogyanya dilakukan pada suhu dingin atau
rendah dan dengan cepat, karena jika tidak bisa saja mengaibatkan enzim mengalami
kerusakan.
2. Suhu
50˚C
Hasil
dari pengamatan aktivitas enzim amylase pada suhu 50ͦ◦C. Pada menit pertama
(T=0) tidak terjadi perubahan warna dan ketika sudah di teteskan iodin masih
tetap tidak terjadi perubahan waran di kaaarenakan dalam suhu 50˚C enzim pada menit pertama enzim masih
mampu untuk melakukan proses enzimatis dan bekerja dengan baik. Pada menit ke
5, larutan kembali ditetsi menggunakan larutan iodine, dan ternyata larutan
tersebut terjadi perubahan warna dari warna kuning biru menjadi warna biru. Hal
ini menunjukkan bahwa enzim yang ada di tabung reaksi tersebut sudah tidak ada
aktifitas lagi dan mulai mengalami kerusakan. Pada menit yang ke 10 menit kita
tambahkan lagi larutan iodin yang ke 3 kalinya, larutan mengalami perubahan
warna menjadi lebih terang, lebih terang dari pada hasil meni ke 10 pada suhu
normal. Hal ini menunjukkan bahwa enzim amylase masih dapat bekerja dengan baik
pada suhu 50ͦͦ◦C.
3.
Suhu 100˚C
Hasil dari pengamatan yang kelompok kami lakukan pada kondisi suhu 100◦C
menunjukkan bahwa Enzim yang kami amaiti pada awal peneesan larutan iodine
sudah menunjukkan keadaan bahwa enzim sudah tidak bekerja lagi hingga sampai
menit terakhir enzim yang di tambahkan
iodin tersebut tetap tidak bekerja karena pada suhu yang tinggi enzim akan
mengalami kerusakan, sehigga pada suhu 100˚C semua enzim akan mengalami kerusakan
atau tidak bisa bekerja lagi.
4.
+HCL
Pada hasil yang kami amati saat pratikum
ketika enzim di tambahkan dengan larutan Hcl menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan
enzim, karena +Hcl diduga dapat meningkatkan keasaman dan pada saat itu enzim
yang ada pada tabung reaksi yang di tambahkan +Hcl akan mengalami kerusakan dan tidak dapat
bekerja seperti biasanya.Maka dari itu apabila kita melakukan pratikum
menggunakan enzim dan +Hcl maka hasilnya adalh enzim tersebut akan rusak dan
tidak dapat bekerja dengan baik. Karena menurut hasil pengamatan ilmuan
menunjukkan bahwa enzim akan bekerja dengan baik pada pH 4,5-8. Penambahan Hcl
mengakibatkan penurunan pH. Hal itu karena nilai pH medium menjadi semakin
asam, sehingga aktivitas enzim amilase mengalami penurunan. Semakin asam nilai
pH maka semakin banyak enzim yang mengalami denaturasi. Enzim amilase merupakan
enzim ekstraseluler, maka aktivitas enzimatik dipengaruhi oleh nilai pH medium.
Pada saat itu, nilai pH medium adalah 5,31-6,00. Nilai pH tersebut merupakan nilai pH optimum bagi
aktivitas enzim amilase. Aktivitas optimum enzim berkisar pada nilai pH
pertumbuhan mikroorganisme penghasil enzim tersebut. Enzim amilase umumnya
stabil pada kisaran nilai pH 5,5-7,0. Aktivitas optimum umumnya terjadi pada
nilai pH 4,8 –6,5. Tetapi nilai pH optimum aktivitas enzim berbeda-beda
tergantung organisme penghasil enzimnya (Pujoyuwono et al., 1997).
Apabila membandingkan dengan data hasil
pengujian aktivitas enzim amylase pada kacang hijau dengan parameter pengaruh
suhu dan pH, maka dapat didapatka hasil bahwa Pada suhu normal terdapat warna
kuning kecoklatan yang artinya pada saat saat di suhu ruang enzim masih bekerja
karena pH yang ada pada enzim tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah.
Sama halnya pada kondisi suhu 50˚C enzim yang direaksikan dengan larutan iodin masih
terlihat adanya roses enzimatis dan masih dalam kategori baik, pada suhu ini pH
enzim masih sedikit normal yaitu dengan bukti perubahan warna kuning
kecokelatan. Dari sini dapat diketahui bahwa enzim pada suhu ruang dan suhu
50˚C masih bekerja dengan baik.sedangkan pada suhu 100˚C enzim mengaami kerusakan karena sejak pertama ditetesi
larutan iod sudah berubah warna menjadi biru.Pada penambahan larutan +Hcl enzim
benar-benar tidak bisa melakukan
aktivitas enzimatis, karena sudah terlihat rusak di karenakan asam yang terlalu
tinggi mengakibatkan perubahan warna biru yang pekat dan mengartikan bahwa
enzim tidak data bekerja ada pH yang terlalu rendah. Menurut Suarni
(2007) Enzim amilase banyak terdapat pada kecambah kacang-kacangan. Enzim
α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam
giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting
dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol
perkecambahan tersebut. Oleh karena itu enzim amilase akan sangat mudah
diperoleh dari kacang hijau. Dari pengujian yang telah dilakukan menggunakan
perlakuan yang berbeda mendapatkan hasil bahwa pada pengujian enzim dengan
koacang hijau dikecambahkan selama 48 jam menunjukkan hasil yang baik, dengan
ditunjukkan tidak ada perubahan warna dengan 4 perlakuan yang diberikan, yaitu
enzim pada suhu norma, suhu 50◦C, suhu 100◦C dan penambahan asam Hcl.
Berdasarkan data yang didapatka meskipun kacang hijau yang dikecambahkan selama
48 jam direaksika dengan Hcl atau pada suhu tinggi mengalami perubahan warna
hanya sedikit. Hal ini berarti pada fase perkecambahan 48 jam kandungan enzim
amylase sangat banyak dan melakukan aktivitas dengan keras. Sehingga pada
pengujian ini hasil terbaik ditunjukkan oleh kelompo kacang hijau yang
dikecambahkan selama 48 jam. Pada fase perkecambhaan antara hari ke 2 – hari ke
8 diduga terjadi aktivitas enzim yang besar, karena pada fase ini benih harus
berupaya untuk melakukan proses pertumbuhan dari biji menjadi tanaman kecil
muda (bibit), sehingga memerlukan banyak tenaga.
Disamping
itu, aktivitas enzim ada umumnya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut
ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kerja/aktivitas dari enzim
yaitu :
1. Suhu
Semua
enzim membutuhkan suhu yang cocok agar dapat bekerja dengan baik. Laju reaksi
biokimia meningka seiring kenaikan suhu. Hal ini Karena panas meningkatkan
energy kinetic dari molekul sehinga menyebabkan jumlah tabrakan diantara
molekul-molekul meningkat. Sedangkan dalam kondisi suhu renjah, reaksi menjadi
terhambat kaena hanya terdapat sedikit kontak antara ubstrat dan enzim. Namun,
suhu yang ekstrimjuga tida baik untuk enzim. Di bawah pengaruh suhu yang sangat
tinggi, molekul enzim cenderung terdistorsi, sehingga laju reaksipun jadi
menurun. Enzim yang terdenaturasi gagal melaksanakan fugsi normanya. Dalam
tubuh manusia, suhu optimum dimana kebanyakan enzim yang dapat bekerja lebih
baik pada suhu yang lebih rendah dari ini.
2. pH
efisiensi suatu enzim sangat dipengaruhi oleh nilai
pH atau derajat keasaman lainnya. Ini karena muatan komponen asam amino enzim
berubah bersama dengan perubahan nilai pH. Secara umum, kebanyakan tetap stabil
dan berjalan dengan baik pada kisaran pH 6-8 tapi, ada beberapa enzim tertentu
yang bekerja dengan baik hanya di lingkunga asam tau basa. Nilai pH
menguntungkan bagi enzim tertentu sebenarnya tergantung ada sistem biollogisnya
tempat enzim tersebut bekerja. Ketika nilai pH menjadi terlalu tinggi atau
terlalu rendah, maka struktur dasar enzim dapat megalami perubahan. Sehingga
sisi aktif enzim tidak dapat mengikat substrat dengan benar, sehingga aktivitas
enzim akan sangat terpengaruhi. Bahakan enzim dapat samai benar benar berhenti.
Perubahan pH mempengaruhi
muatan total protein enzim
yang dapat mempengaruhi aktivitasnya,
baik dengan perubahan
struktur maupun dengan
perubahan muatan pada
residu asam amino
yang berfungsi mengikat substrat (Jayanti, 2013).
3. Konsentrasi
substrat
Jelas
saja konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti lebih banyak jumah molekul
substrat yang terlibat dengan aktivitas enzim. Sedangkan konsentrasi substrat
yang rendah berarti lebih sedikit jumlah molekul substrat yang dapat melekat
pada enzim, menyebabkan berkurangnya aktivitas enzim. Tapi terkait laju
enzimatik sudah mencapai maksimum dan enzim sidah dala kondisi paling aktiv,
peningkatan konsentrasi substrat tidak akan memberika perbedaan dalam ektivitas
enzim. Dalam kondisi seperti ini, disisi aktif semua enzim terus terdapat
substrat, sehingga tidak ada temat untuk substrat ekstra.
4. Konsentrasi
Enzim
Semakin
besar konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan cepat pula. Konsentrasi
enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi, tentunya selama masih ada
substrat yang perlu diubah menjadi produk.
5. Activator
dan Inhibitor
Activator
meruakan molekul yang membantu enzim agar mudah berikatan dengan substrat.
Inhibitor adaah substansi yang memiliki ecenderungan untuk menghambat aktivitas
enzim. Inhibitor enzim memiiki dua cara berbeda mengganggu fungsi enzim.
Berdasarkan caranya, inhibitor dibagi menjadi 2 kataegori : inhibitor
kompetitif dan inhibitor non kompetitif. Inhibitor kompetitif memiliki struktur
yang sama dengan molekul ssubstrat, inhibitor ini melekat pada sisi aktif enzim
sehingg mngulangi pembentukan ikatan kompleks enzim-substrat. Inhibitor non
kompetitif dapat melekat pada sisi enzim yang bukan merupakan sisi aktif dan
membentuk kompleks enzim-inhibitor. Inhibitor ini mengubah bentuk/struktur
enzim, sehinga sisi aktif enzim mnjadi tidak berfungsi dan substra tidak dapat
berikatan dengan enzim tersebut.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
kesimpulan
dari praktikum yang dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan seperti dibawah ini :
1. enzim
merupakan biokatalisator yang mampu untuk memcah amilum menjadi gula sederhana
pada proses perkecambahan.
2. Enzyme
dapat bekerja dengan baik pada pH optimal antar 4,5-8 dan ada suhu yang rendah.
Jika pada suhu tinggi akan mengalami denaturasi
3. kecepatan
enzimamilase dalam menghidrolisis pati biji kering yang telah dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa enzim di beriiodin pada suhu normal dan suhu 50oC
mengalami perubahan warna menjadi kuning kecoklatan, pada suhu 100oC
mengalami perubahan warna menjadi biru kecoklatan, dan pada +HCl
menjadiwarnabiru.
5.2
Saran
Saran yang didapatkan setelah
dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Untuk
praktikan diharapkan lebih tenang lagi dalam mengerjakan praktikum dan jangan
sampai merusak atau memecahkan alat-alat laboratorium.
2. Dalam
melakukan kegiatan penambhana bahan bahan kimia seharusnya dilakukan dengan
penuh kehati hatian, sehingga tidak akan terjadi kesaahan dalam penambahan
volume maupun jenis larutan
DAFTAR PUSTAKA
Buku praktik kerja
mahasiswa. 2017.Biokimia. Politeknik Negeri Jember:Jember
Pujoyuwono, M.D., N. Trinovia, D.S. Richana,
Damardjati dan U. Murdiyanto. 1997. Karakterisasi enzim amilase dari beberapa
strain bakteri indegenous Indonesia.
ProsidingSeminar Teknologi Pangan. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Pangan
Fressenden.1982. “Organic Chemistry eds.3”. Jakarta
: Erlangga
Lampiran 1
A.Tabel
kecepatan Enzim amilase dalam menghidrolisis pati
Perlakuan dan waktu inkubasi(menit)
|
Suhu
normal
|
Suhu
50˚C
|
Suhu
100˚C
|
+HCL
|
||||||||
|
0
|
5
|
10
|
0
|
5
|
10
|
0
|
5
|
10
|
0
|
5
|
10
|
Biji kering
|
-+
|
++
|
- +
|
- -
|
++
|
-+
|
++
|
++
|
++
|
++
|
++
|
++
|
Biji di rendam semalam
|
- -
|
- -
|
- -
|
-+
|
-+
|
-+
|
-+
|
-+
|
++
|
++
|
++
|
++
|
Biji di kecambahkan(umur 24 jam)
|
- -
|
--
|
- -
|
--
|
--
|
- +
|
--
|
++
|
- -
|
-+
|
-+
|
++
|
Biji di kecambahkan(umur 48 jam)
|
- -
|
-+
|
- -
|
- -
|
-+
|
++
|
- -
|
-+
|
++
|
++
|
- -
|
- -
|
Keterangan:kolom
tabel di isi dengan notasi dari waktu yang di perlukan untuk terjadinya
perubahan warna:
Notasi: - -:Tidak
terjadi perubahan warna
-+:Terjadi
sedikit perubahan warna
++:terjadi
perubahan warna
B.Pengaruh
suhu dan PH cvf terhadap aktivitas amilase
Perlakuan
dan waktu inkubasi(waktu)
|
Suhu
normal
|
Suhu
50˚C
|
Suhu
100˚C
|
+HCL
|
Biji kering
|
-++
|
-++
|
--+
|
---
|
Biji di rendam semalam
|
+++
|
-++
|
---
|
---
|
Biji di kecambahkan(umur 24 jam)
|
+++
|
+++
|
-++
|
---
|
Biji di kecambahkan(umur 48 jam)
|
+++
|
+++
|
--+
|
---
|
Keterangan:
Aktivitas hidrolitik enzim amilase terhadap substrat pati
ditunjukan oleh kehilangan kemampuan enzim tidak mampu untuk memberikan warna
biru saat bereaksi dengan iodin
Notasi:-
- -:Warna
biru
--+:Warna
biru kecoklatan
-++:Warna
kuning kecoklatan
+++:Warna
kuning atau bening
Komentar
Posting Komentar