LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI BENIH
UJI VIGOR BENIH JAGUNG (Zea mays L.) dan CABAI (Capsicum frustescent)
TERHADAP SALINITAS Atau KEKERINGAN

Oleh  :

Nur Laila Sari                          (A41170943)







Dosen Pengampu        : Ir. Sri Rahayu, MP
                                                  Ir. Titien Suhermiatin, MP
Teknisi                         : Yuliatiningsih, S.St
                                                  Rina Sofiana, S.St

PROGRAM STUDI TEKNI PRODUKSI BENIH
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017/2018

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kemampuan benih tumbuh secara normal yaitu dimana perkecambahan benih tesebut menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit  tanaman dan tanaman yang baik dan normal, pada lingkungan yang telah disediakan yang sesuai bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangannya. Kekuatan tumbuh benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah normal dalam kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga diharapkan dapat tumbuh secara normal meskipun lingkungan pada kondisi sub optimal.
Pada tanah yang mengandung kadar garam tinggi terutama terutama NaCl dapat menyebabkan terhambatnya perkecambahan hal ini dipengaruhi oleh tekanan osmose. Metode tekanan otmose tinggi dapat digunakan untuk menduga ketahanan benih terhadap kekeringan dan ketahanan terhadap salinitas. Benih yang kuat dapat tumbuh dengan baik dan merata dalam kondisi kekurangan air dan yang kurang kuat tidak tumbuh. Penilaian kekuatan tumbuh benih digolongkan atas kecabah kuat, kurang kuat, abnormal, dan mati. Penilaian kuat atau kurang kuat dilakukan dengann cara membandingkan kecambah satu dengan lainnya dalam substrat.

1.2  Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum pengujian vigor benih terhadap salinitas adalah sebagai berikut :
1.      Agar praktikan/mahasiswa mampu melakukan pengujian vigor benih terhadap salinitas
2.      Agar praktikan/mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor yang menghambat vigor benih.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Vigor
       Vigor benih adalah kesehatan dan kekuatan alamiah benih yang pada pertanaman akan membuat perkecambahan cepat pada kondisi lapangan yang beragam luas (Woodstock , 1969). Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa benih yang berkecambah, kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada berbagai lingkungan yang memadai, selain itu juga harus diperhatikan semua atribut perkecambahan secara morfologi dan fisiologis yang mempengaruhi kecepatan, keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai lingkungan, ini merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau kesehatannya (Delouche  dalam Kuswanto, 1996).Vigor benih dalam hitungan absolut merupakan indikasi viabillitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi yang sub optimum, dan tahan untuk disimpan dalam kondisi yang tidak ideal (Sadjad, 1993).
Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing yaitu kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman mormal meskipun keadaan biofisik lapangan sub optimal atau suatu periode simpan yang lama (Sutopo, 2002). Semai dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari penampilan fenotipe kecambah atau bibitnya (Sadjat, 1993).
Sutopo (2002), menyatakan bahwa pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi yang tinggi. Vigor yang tinggi dicirikan antara lain oleh:
a.       Tahan disimpan lama
b.      Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
c.       Cepat dan merata tumbuhnya
d.      Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.


2.2   Salinitas
       Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Di Indonesia semakin sering dijumpai tanah salin akibat akumulasi garam yang tinggi di lapisan permukaan. Semua jenis tanah yang tersebar di daerah arid dan semi arid serta sepanjang pesisir pantai dapat berkembang menjadi tanah salin dengan akumulasi garam yang tinggi di lapisan permukaan. Masalah salinitas timbul apabila konsentrasi NaCl, Na2CO3, Na2SO4 dan garam-garaman Mg terdapat dalam jumlah berlebihan.
       Bintoro et al. (1990) menyatakan bahwa toleransi tanaman terhadap salinitas tergantung pada jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman. Dengan kata lain tanaman mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap salinitas. Kebanyakan tanaman pertanian sangat peka terhadap kandungan garam dalam tanah. Benih yang ditanam di daerah yang mempunyai salinitas tinggi sangat sulit atau tidak dapat berkecambah sama sekali. Hal ini disebabkan terhambatnya serapan air oleh benih dan terjadi keracunan oleh ion-ion yang menyusun garam tersebut.
       Uji salinitas merupakan suatu cara pengujian daya kecambah benih di lingkungan yang tertekan atau merugikan bagi benih. Salah satunya dengan menggunakan larutan garam yang disemprotkan pada substrat tempat tumbuh benih sehingga lingkungan tempat tumbuh menjadi tidak menguntungkan bagi benih. Biasanya benih juga direndam dahulu ke dalam larutan garam. Dari pengujian ini kita dapat mengetahui persentase vigor benih, deterioasi benih, dan kualitas benih.






BAB 3. METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
       Kegiatan praktikum Pengujian vigor benih jagung (Zea mays L.) dan cabai (Capsicum frustescent) terhadap salinitas hatau kekeringan dilaksanakan pada hari Senin, 13 November 2017 pukul 09.00 – 11.00 bertempat di Laboratorium Politeknik Negeri Jember
3.2  Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
       Di bawah ini merupakan daftar alat yang digunakan dalam pengujian vigor benih terhadap kekeringan adalah sebagai berikut :
a.       Toples ukuran 10 x 15 cm
b.      Germinator dan rak
c.       Bak plastic
d.      Botol semprot
e.       pinset
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pegujian vigor benih antara lain :
a.  25 butir benih jagung
b. 25 butir benih cabai kecil
c.  Kertas merang
d. Plastik
e.  Label kertas
f.  Karet gelang
g. Larutan NaCl dan air


3.3 Prosedur Kerja
a.       pengujian vigor benih cabai metode top of paper
langkah-langkah perkecambahan menggunakan metode top of paper adalah sebagai berikut :
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses perkecambahan
2.      Memastikan toples sebagai wadah dan kertas sebagai media perkecambahan dalam keadaan steril atau bebas dari sumber penyakit
3.      Melabeli wadah toples menggunakan kertas label
4.      Meletakkan 3 lapis kertas merang yang ukurannya telah disesuaikan dengan alas wadah ke dalam toples
5.      Membasahi kertas media dengan cara disemprot menggunakan larutan NaCl 0,2 m (11,7 gram NaCl per liter air) yang setara dengan 7,6 atmosfer tekanan osmose sebagai perlakuan
6.      Sebagai control menanam benih dengan substrat kertas yang dibasahi menggunakan air biasa (satu control untuk satu golongan)
7.      Menata benih cabai di atas media kertas secara rapi dengan jarak tertentu agar tidak terjadi persinggungan antara benih
8.      Menutup toples menggunakan penutupnya
9.      Meletakkan di ruang germinasi pada suhu dingin
10.  Dilakukan pengamatan dan pencatatan hasil pada hari ke-11

b.      Pengujian vigor benih jagung metode between of paper / UKDDP
Berikut merupakan langkah-langkah pengujian vogor benih jagung metode UKDDP/ between of paper adalah :
1.      Menyiapkan alat, bahan dan media dalam uji vigor metode UKDDP
2.      Memastikan media yang digunakan steril dan bebas dari sumber penyakit
3.      Menata 3 lapis kertas merang di atas plastic tdan disusul dengan penataan benih secara zig-zag dengan posisi tempat tumbuh calon radikula mengarah ke bawah di atas kertas yang telah dibasahi menggunakan larutan NaCl
4.      Menutup kembali benih yang telah di tata menggunakan 2 lapis kertas merang yang telah dibasahi menggunakan larutan NaCl
5.      Melipat bagian bawah dan samping kemudian digulung hingga sampai ujung
6.      Menali bagian bawah menggunakan karet gelang
7.      Melabeli bagian luar menggunakan kertas label
8.      Meletakkan ke dalam germinator pada ruang germinasi dengan suhu rendah
9.      Melakukan pengamatan pada hari ke-6 dan menghitung %KsT benih jagung



BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
Di bawah ini merupakan data hasil pengamatan uji vigor benih jagung (Zea mays L.)  dan benih cabai (Casicul frustescent) terhadap salinitas atau kekeringan dengan parameter penghitungan % KsT (persentase keserempakan tumbuh) menggunakan rumus :
% KsT =  x 100%
dengan perolehan data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan uji vigor benih jagung terhadap salinitas
Ulangan ke-
komoditas
Etmal
Hasil pengamatan
% KsT
KN
KAbn
Benih mati
1
Jagung
6
3
5
17
12 %
2
Jagung
6
0
7
18
0 %
3
Jagung
6
0
8
17
0 %
4
Jagung
6
0
10
15
0 %
5
Jagung
6
0
6
19
0 %
Control
Jagung
6
5
4
16
20%




Rata-rata U1-U5
2,4 %
Keterangan : etmal di dapatkan dari hari antara first count dan final count pengamatan. Perlakuan yang digunakan adalah perendaman substrat kertas media perkecambahan menggunakan larutan NaCl. Benih yang dikecambahkan adalah @25 butir setiap ulangan.
Tabel 2. Hasil pengamatan uji vigor benih cabai terhadap salinitas
Ulangan ke-
komoditas
Etmal
Hasil pengamatan
% KsT
KN
KAbn
Benih mati
1
Cabai
11
0
5
20
0 %
2
Cabai
11
0
2
23
0 %
3
Cabai
11
0
10
15
0 %
4
Cabai
11
0
24
1
0 %
5
Cabai
11
0
4
21
0 %
Control
Cabai
11
0
23
2
0 %




Rata-rata U1-U5
0 %
Keterangan : etmal di dapatkan dari hari antara first count dan final count pengamatan. Perlakuan yang digunakan adalah perendaman substrat kertas media perkecambahan menggunakan larutan NaCl. Benih yang dikecambahkan adalah @25 butir setiap ulangan.




Untuk lebih jelas mengenai data pengamatan uji vigor benih jagung dan cabai terhadap salinitas dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

    Grafik 1.  Uji Vigor benih Jagung


    Grafik 2. Uji Vigor benih Cabai


4.2  Pembahasan
       Berdasarkan grafik di atas dapat ditarik pembahasan bahwa pengujian vigor benih terhadap salinitas sangat mempengaruhi pertumbuhan, karena data yang paling tinggi di terletak pada perkecambahan benih abnormal dan benih mati. Sedangkan nilai % KsT pada biji Jagung paling tinggi terdapat pada ulangan pertama yaitu 12% dengan jumlah kecambah normal adalah 3, sehingga memperoleh rata-rata % KsT vigor benih jagung 2,4%. Pada pengujian control vigor tanaman jagung memiliki kecambah normal sejumlah 5, sehingga memiliki % KsT 20%. Sedangkan  % KsT benih cabai adalah 0% baik control maupun rata-rata keseluruhan ulangan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kadar garam yang ada di sekitar tanaman atau pada substrat perkecambahan akan sangat mempengaruhi proses pertumbuhan biji menjadi kecambah. Vigor benih dapat diamati melalui perlakuan NaCl pada benih. Hasil pengujian menunjukkan bahwa benih dengan substrat kertas perlakuan Nacl menyebabkan tidak adnya kecambah normal dan banyak benih mati baik mati karena benih busuk maupun benih segar tidak tumbuh.
       Pada perlakuan NaCl 2% , masih terdapat benih hidup akan tetapi kuantitasnya lebih rendah dari perlakuan kontrol. Artinya  bahwa benih masih bisa bervigor apabila kandungan garam dalam tanah tersebut masih diambang batas yakni 2%. Sedangkan tanah yang memiliki kandungan garam yang tinggi diatas 2% , benih cenderung mati atau tidak dapat mentolerir lingkungan tersebut. Pada benih jagung dan cabai yang diamati unsure  keserempakan tumbuhnya rata-rata menunjukkan hasil yang kurang baik. Karena pada biji cabai didapatkan tidak ada kecambah normal yang tumbuh, sedangkan pada biji jagung kecambah normal hanya muncul pada ulangan 1 dan control saja.
       Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah dengan pengamatan dan penilaian benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat keserempakan tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek penampilan kecambah.
       Pada lingkungan yang sesuai benih akan tumbuh secara normal. Hal ini sesuai dengan literatur Danuarti (2005) bahwa daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Akan tetapi dewasa ini, telah banyak berkurangnya lahan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman, sehingga banyak dari petani yang harus menggunakan lahan marginal dengan berbagai permasalahan cekaman lingkungan dalam budidayanya. Cekaman lingkungan merupakan faktor penghambat pertumbuhan tanaman. Di antara berbagai cekaman lingkungan, salinitas merupakan salah satu cekaman yang paling banyak dijumpai (Gedoan dkk, 2004).
       Pada pengujiaan vigor benih terhadap salinitas ini menggunakan perlakuan dengan pemberian pemberian larutan NaCl pada substrat media. NaCl (Natrium klorida) merupakan senyawa kimia yang mempengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme multiseluler. NaCl merupakan zat yang tingkat osmotic tinggi, pada proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolism. Dengan kemampuan osmotic yang tinggi, maka apabila NaCl terlarut di dalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau konsentrasi yang tinggi.
       Menurut Tjitrosomo et al., (1985) tekanan osmosis tidak hanya menghambat masuknya air ke dalam suatu sel, bahkan sel akan kehilangan air jika potensial air larutan lebih rendah. Jika kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume isi sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel, artinya membran sitoplasma terlepas dari dinding sel. Keadaan ini dinamakan plasmolisis.
Natrium Klorida dikenal juga sebagai garam yang mempunyai tingkat osmotik tinggi. Ini menghambat proses imbibisi benih, sedangkan kita tahu kalau benih membutuhkan air untuk dapat berkecambah, sehingga inilah yang menghambat benih bekecambah (dan mengapa disebut cekaman kekeringan, karena benih terhambat proses imbibisinya).
       Disisi lain NaCl juga dapat mengurangi kesanggupan benih mengabsorbsi air dan secara tidak langsung akan menghambat perkecambahan benih, karena benih tidak memperoleh kadar air yang cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamil (1979) yang menyatakan bahwa, jika konsentrasi suatu larutan di sekitar biji tinggi dapat menyebabkan tidak atau kurang meresapnya air ke dalam biji sehingga mengakibatkan benih tidak berkecambah.
Toleransi tanaman terhadap salinitas tergantung pada jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap salinitas. Tanaman pertanian sangat peka terhadap kandungan garam dalam tanah. Benih yang ditanam di daerah dengan keadaan salinitas tinggi sangat sulit atau tidak dapat berkecambah sama sekali.  Pengaruh salinitas terhadap perkecambahan mencakup dua hal, yaitu pengaruh tekanan osmosis yang tinggi sehingga benih sulit menyerap air dan pengaruh kimia atau keracunan ion-ion spesifik yang menyusun garam Jadi tingginya tingkat keserempakan benih merupakan besarnya kekuatan vigor terhadap lingkungan sub optimum. Dan lingkungan sub optimum itu berupa kekeringan yang diidentikan dengan pemberian larutan NaCl pada substrat kertas media perkecambahan.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan rendahnya vigor suatu benih, salah satunya dari segi genetis yaotu karena adanya kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lingkungannya yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya. Dengan demikian benih yang memiliki vigor rendah dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1.  Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan
2.  Makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh
3.  Kecepatan berkecambah benih menurun
4.  Kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat
5.  Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
6.  Rendahnya produksi tanaman



      







BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN
5.1  Kesimpulan
Dari praktikum pengujian vigor benih jagung dan cabai terhadap salinitas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Vigor benih adalah kesehatan dan kekuatan alamiah benih yang pada pertanaman akan membuat perkecambahan cepat pada kondisi lapangan yang beragam luas (Woodstock , 1969).
2.      Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
3.      Salinitas mampu mempengaruhi proses perkecambahan, hal tersebut ditujukan dengan pengujian vigor benih dengan perlakuan pemberian larutan NaCl pada substrat kertas media perkecambahan benih cabai dan jagung. Hasilnya menunjukkan bahwa benih yang dikecambahkan dengan substrat yang di basahi dengan NaCl tidak memiliki kecambah normal. Sedangkan pada control perkecambahan jagung masih mampu muncul kecambah normal sebanyak 5 kecambah. Karena larutan NaCl mengandung garam dan memiliki tekanan osmotic sehingga menghambat proses imbibisi dan perkecambahan benih.

5.2  Saran
       Saran yang dapat diberikan setelah acara praktiku pengujian vigor benih terhadap salinitas adalah bahwa praktikan harus benar-benar teliti dan bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan. Sehingga dalam kegiatan pengujian dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang sesuai.




DAFTAR PUSTAKA
Bintoro, M.A. 1983. Pengaruh NaCl  terhadap pertumbuhan tanaman terong Senryo dan                         Akanasu. Buletin Agronomi, Bogor. 14 (1) : 31-34.
Danuarti, 2005. Uji Cekaman Kekeringan Pada Tanaman. Ilmu Pertanian Vol. 11 No.1.
Gedoan SP, Indradewa D dan Syukur A. 2004.Tanggapan Varietas Kacang Tunggak Terhadap              Cekaman Salinitas. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Jurnal Agrosains. Vol                   17 (1):1 Ismail I. 1998.
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa, Padang. 321 hlm.
Kuswanto H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. Edisi ke-1. ANDI.                  Yogyakarta. Hlm 190.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia, Jakarta
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.



Komentar

Postingan populer dari blog ini